Sumber diambil dari : Blog lain milik sufimuda

Ketika saya sedang jalan jalan di dunia maya, saya menemukan di salah satu blognya Saudaraku sufimuda. disitu saya tertarik dengan dialog melalui surat menyurat khususnya antara Achmad Yusuf dan Sufimuda yang kemudian saya kutip disini. Mohon maaf Kutipan ini telah saya revisi dan mengubah judul dan menambah postingan surat dari Achmad Yusuf kepada Sufimuda. Terimakasih

Semoga bermanfaat untuk teman teman dan saudaraku dalam sau tauhid dan jalan pencarian ilmu. Ada 2 hal pokok yang cukup menarik untuk saya kutip dan saya sajikan disini, yaitu :

  1. Tentang Guru Rohani
  2. Tentang Sholat Khusyuk

Selamat menikmati

============================================================================

Surat dari : Achmat Yusuf Sang Pengembara Jiwa

Assalamu’alaikum Wr, Wb.

Alhamdulillah….., Wabillah….., Waminallah…..Wala hawla wala Quwwata illa billah…..
Asholatuwassalamu ‘alaika Ya Sayyidii Ya Rosulullah, KHuzbiyadii Qolat Hillati Adriknii…….

 

Salam dan berkah buat Saudaraku Sufi Muda……….

Untuk yang pertama kalinya Saya menanyakan kepada Saudara, Bagaimana kabar Anda Saudaraku…?

Do’a Saya semoga Anda tetap di dalam Naungan Kesehatan dan Keselamatan, serta yang terlebih penting lagi…. Ditetapkan Pendirian, Istiqomah dalam Iman dan Yakin, dibukakan segala rahasia Ilmu hingga sampai kepada “Mukassyafaturrobbanii……..”

Wahai Saudaraku……..

Perkenankan Saya menulis Email ini untuk Anda, sebab jika Saya tulis di Blog Sufi Muda, itu adalah suatu perbuatan yang tidak beradab. Lain Halnya jika sebatas menyapa, menambahkan, ikut berbagi saya rasa memang sangat tepat ditulis di blog sufi muda.

Wahai Saudaraku………

Benarlah apa yang sudah ditetapkan bahwa untuk menuju kepada Maqom Ma’rifatullah itu kita harus melewati Mursyid yang membimbing mulai dari Syari’at lalu naik kepada Thoriqot kemudian menuju kepada Hakikat. Kemudian pada Hakikat itulah berkah dari pada Nurun Ala Nurin menyinari Qolbu menembus kepada Sir Otak pada Akal lalu terbukalah Sir Ma’rifat pada Diri.

Di Maqom Ma’rifat itu Qolbunya lebih Dominan daripada Akalnya, Akal berperan mengikuti Suasana Qolbunya.

Katakanlah apa yang saya tulis ini hanya sebagai Sharing untuk sama-sama berbagi pengetahuan yang pada Hakikatnya Pengetahuan Ilmu itu hanyalah milik Allah Swt. Dan tidaklah di Dunia yang Fana ini kita adalah Saudara se Iman dan se Keyakinan yang walaupun mungkin ada beda pendapat tetapi tujuannya tetap SATU dan kembali kepada yang SATU. Dan juga saya harap Saudaraku Sufi Muda juga tidak segan-segan untuk memberikan masukkannya kepada Saya, itulah hikmahnya sebagai Saudara saling isi mengisi. Karena pada Zahirnya manusia itu ada kekurangan dan kelebihannya.

Wahai Saudaraku…………

Engkau telah mengatakan bahwa Posisi Mursyid itu sangatlah penting bagi sang Salik untuk mendapatkan Pencerahan Nur Muhammad Saw, sehingga wajib bagi kita untuk ta’at, hormat, tunduk, cinta, memuliakan dll kepada Mursyid. Karena dengan keta’atan kepada Mursyid sama halnya ta’at kepada Rosulullah Saw dan Ta’at kepada Rosulullah Saw sama halnya kita Ta’at kepada Allah Swt.

Jika kita kembali kepada Sejarah bahwa sebagian Sufi ada yang mendapatkan Pencerahan itu melalui Mursyid yang mempunyai silsilah Ilmu (mata rantai) seperti yang Anda kupas di Blog Sufi Muda. Tetapi kita tidak bisa membantah bahwa ada juga sebagian para Sufi yang mendapatkan Pencerahan itu tidak melalui Mursyid yang mempunyai Silsilah Ilmu (Mata Rantai),  akan tetapi dengan Kepasrahan diri serta keikhlasan diri maka mereka juga mendapatkan Pencerahan di Dirinya.

Bagi Saya itu menunjukkan Maha Adil dan Maha Bijaksanya Allah Swt. Kebenaran itu di dapat tidak hanya melalui Mursyid yang mempunyai Silsilah Ilmu melainkan juga melalui Mursyid yang mempunyai silsilah Spiritual/Rasa. Walaupun sekilas sama antara Silsilah ilmu dengan silsilah Spiritula/Rasa akan tetapi ada perbedaan yang sangat tipis diantara keduanya.

Kemudian Naiknya Maqom seseorang menuju Alam Robbani/Alam Lahut tentu ia melalui pendidikan/sekolah dengan Mursyid yang berbeda secara Zahir tetapi pada Hakikatnya Satu.

  1. Awalnya kita memandang kepada Mursyid Zahir, sebagaimana yang dikatakan Imam Al-Ghozali bahwa jika Engkau tidak bisa mengingat Allah Swt maka ingatlah engkau kepada Guru yang sangat berpengaruh di jiwamu maka hakikat gurumu itu akan menyampaikan ke hadirat Allah. Lalu apakah kita hanya stop sampai disitu saja? Tentu tidak! jika kita hanya sebatas Poin ke-1, dari sisi “kacamata” Spiritual itu masih Sekolah Dasar (SD) walaupun dari sisi “kacamata” orang Awam itu sudah luar biasa tingkatannya. Pada Maqom ini menurut Silsilah Spiritual adalah “MAQOM THORIQOTULLAH”.
  2. Pada Posisi ini Ia tidak menuntut Ilmu kepada Mursyid Zahir lagi tetapi kepada Sir yang pada Mursyid (Rosulullah). Pandangan Zahirnya ia tetap menghormati Mursyid Zahirnya layaknya seorang Anak kepada Orang Tuanya tetapi Pendiriannya sudah tidak kepada Mursyid itu lagi tetapi kepada Rosulullah. Syekh Abdul Qodir Al-Jailani dalam Kitab Fathul Ghoibi mengatakan : “Bahwa pada diri Nabi dan Rosul itu ada suatu Rahasia yang tidak diketahui oleh siapapun begitu juga pada diri seorang Murid terkadang menyimpan suatu Rahasia yang tidak diketahui oleh Gurunya, sebaliknya Sang Guru pun menyimpan suatu rahasia yang tidak diketahui oleh Muridnya walaupun Maqom Sang Murid telah hampir sampai kepada Maqom Sang Guru. Tatkala Maqom si Murid sampai kepada Maqom Sang Guru maka tahulah ia akan Rahasia Gurunya. Lalu Tuhan mengatakan pada dirinya ; Aku putuskan dirimu dengan segala Makhluk, dengan segala isi dunia ini, dan juga Aku putuskan dirimu dengan Gurumu, Cukuplah Engkau berdialog dengan Tuhanmu Saja”. Pada Maqom ini Guru/Mursyid Zahir tak ubahnya hanya sebagai  Inang Pengasuh saja yang jika telah sampai umur 2 tahun maka ia tidak menyusu lagi kepadanya. Dan dipandangnya Sir pada Mursyid zahirnya tadi ada pada dirinya, yang Hidup di diri Mursyid itu adalah yang Hidup di Dirinya Juga. Karena itu Fokus pandangannya tidak kepada yang diluar dirinya lagi melainkan pandangannya tertuju kepada yang Hidup yang ada pada Dirinya. Itulah Hakikat Muhammad pada Diri. Itulah Maqom menurut Silsilah Spiritual adalah “MAQOM HAKIKATULLAH”.
  3. Jika ia sudah tidak memandang dan tidak memfokuskan Qolbunya kepada Mursyid Zahir lagi dan hanya tertuju kepada Hakikat Muhammad yang ada pada Diri terus dan terus dan tetap di dalam Musyahadahnya (tapi bukan berarti ia cuek kepada mursyid zahirnya, Tidak! Ia tetap cinta dan hormat kepadanya tetapi hanya sebatas Zahir layaknya anak kepada orangtuanya) maka Allah Swt akan membukakan Tirai/Hijab yang sangat halus sekali sehingga akan diketahuinya dan dikenalnya serta dirasakannya Tuhan sebenarnya Tuhan atau Allah “Baqobillah”. Pada Maqom ini menurut Silsilah Spiritual adalah “MAQOM MA’RIFATULLAH”.

Itulah perjalan Spiritual yang sebenarnya dan seharusnya di ikuti bagi mereka-mereka yang menuju kepada Allah Swt.

Ma’afkan saya jika Saya terlalu lancang menguraikan ini kepada Saudaraku Sufi Muda……….. tidaklah apa yang saya sampaikan ini melainkan saya berposisi sebagai saudara Anda untuk saling isi mengisi, dan saya rasa Anda sudah lebih cukup paham tentang ke Ilmuan ini dari pada Saya, karena itu Saya mohon Ma’af jika terlalu Otoriter dari apa yang saya sampaikan. Sesungguhnya Saya ini tidak berilmu dan Bagi Allah Swt saya ini adalah Fakir di Mata Nya.


Terimakasih sebelumnya dan semoga Allah Swt selalu memberkati dalam keberkatan Rosulullah Saw.

Aamiin

Wassalamu’alaikum Wr, Wb.

   
 

    
 

NB:
      Saya tunggu ya….. masukan dari Saudaraku Sufi Muda.

   
 


Salam Hangat,

Achmad Yusuf (yusuf6463@yahoo.com)

Jawaban dari : Sufimuda

Tentang Guru Ruhani

Terimakasih sekali atas masukannya, dan saya sangat senang telah menerima email ini sebagai bagian dari silaturahmi yang merupakan sunnah nabi kita…
Saat membaca email ini kabar saya baik-baik saja, dan kebetulan juga saya membalas email ini dalam berpuasa, semoga Allah akan menuntun saya kejalan-Nya. Saya membuat 7 point menanggapi apa yang saudaraku sampaikan

  1. Banyak sekali para penempuh spiritual tersesat ditengah rimba belantara hakikat dikarenakan dia tidak mempunyai seorang pembimbing rohani yang disebut Mursyid, saya senang sekali saudaraku punya prinsip yang sama yaitu kita harus berguru kepada seorang Mursyid yang akan membimbing kita ke jalan-Nya.
  2. Perbedaan antara Mursyid zahir dengan mursyid rohani (nur Muhammad atau nur ala nuri) itu terletak pada pemahaman seseorang. Dalam bahasa ilmu Kiblat kita itu ada 4 yaitu : ka’bah (syariat), Qalbu (Thariqat), Mursyid (hakikat) dan Allah (makrifat).
  3. Rohani dari Mursyid yang saudara sebutkan sebagai Mursyid zahir itulah yang disebut dengan NUr Muhammad karena nur itu akan menempati seperti wadah nya. Ketika NUr Muhamammad itu berada dalam diri Muhammad bin Abdullah maka NUr itu pun menyerupai wajah Muhammad Bin Abdullah, ketika Nur itu pindah ke Avu Bakar menyerupai wajah Abu baker dan ketika NUr itu pindah kepada Mursyid kita maka akan menyerupai wajah Mursyid kita.
  4. Guru itu makan, tidur, punya istri dan punya anak seperti manusia biasa, tapi Mursyid itu kan tidak seperti itu, Rohani Mursyid itu terbit dari zat dan sifat Allah SWT. Sama juga dengan Rasulullah itu (NUr Muhammad) tidak makan dan tidak tidur, akan tetapi Muhammad bin Adulllah tidak berbeda dengan kita. Yang membuat berbeda karena dalam diri Beliau ada Nur Muhammad.
  5. Memisahkan antara Rasulullah (Nur Muhammad) dengan Muhammad bin Abdullah suatu hal yang tidak mungkin. Ketika kita menghormati Muhammad bin Abdullah maka otomatis kita menghormati Rasulullah, dan ketika kita menyakiti/memusuhi Muhammad bin Abdullah maka secara otomatis Nur Muhammad tersakiti. Harus di ingat, yang disakiti oleh Abu Lahab dan musuh2 Islam itu adalah Muhammad bin Abdullah, tapi karena dalam diri Beliau ada Nur Muhammad maka secara otomatis ikut tersakiti dan Allah melaknat mereka.
  6. Menurut saya, Guru Mursyid itu secara manusianya tidak ada beda seperti kita, Cuma saya tidak bisa memisahkan antara zahir dan bathin Beliau. Wal awalu wal akhiru wa zahiru wa bathinu… itulah hakikat Mursyid. Yang kita ingat dan kita jadikan rabitah adalah Nur Muhammad, bagaimana bentuknya? Yang menyerupai wajah Mursyid. Karena itu wajah Mursyid itu tidak bisa ditiru oleh syetan.
  7. Dalam beberapa sejarah sufi yang saya baca, seorang murid itu tidak pernah durhaka kepada gurunya, walaupun guru nya itu hanyalah sebagai zahir pembawa Nur Muhammad. Kita sebenarnya tidak memerlukan kawat, yang kita perlukan adalah listrik, tapi bagaimana kita bisa memisahkan antara kawat dengan listrik?

Akhirnya, saya berkesimpulan, saya setuju seperti yang saudaraku katakan, bahwa Guru Mursyid itu seperti inang pengasuh yang akan membawa kita kepada ke ALAM RABBANI, setelah kita sampai kealam sana maka yang menjadi guru itu adalah ALLAH SWT, inilah tauhid yang benar.

Seperti yang saya kemukakan pada point 2 (dua) bahwa kiblat makrifat itu adalah ALLAH SWT, apabila kita telah bermakrifat, guru kita telah mengantar kita kehadirat-Nya maka pandangan kita tidak berpaling sedikitpun selain kepada DIa, hanya Allah semata yang wajib kita sembah dan guru tetap kita hormati sebagai orang yang telah berjasa membimbing kita.

Kalau saudaraku telah sampai kepada-Nya, jangan palingkan sedikitpun harapan selain kepada-NYa

Demikian tanggapan dari saya, semoga saudaraku berkenan.

—-end—-

Tentang Sholat Khusyuk

Wa’alaikumussalam Wr. Wb

Salam kenal untuk saudaraku Alim bin Madahin di Sabah Malaysia, semoga rahmat Allah senantiasa menyertai disetiap derap langkah dan disetiap denyut jantung, ternyata jarak tidaklah menghambat kita untuk saling kenal, di dunia ini tidak ada yang kebetulan, semua telah diatur olehNya. 

Terimakasih atas penghargaannya telah memanggil kami dengan panggilan ustad, kami hanya seorang hamba Allah dalam setiap keluh kesah dan kegembiraan hati berusaha untuk selalu dalam dekapan-Nya, kami hanyalah bayi dipangkuan-Nya, hanyalah sebutir pasir di hamparan sahara-Nya, setetes air di samuderanya nan tak berhingga.

izinkan kami memberikan jawaban mudah-mudahan Allah SWT akan memberikan tuntunannya disetiap kata yang kami tulis dalam jawaban ini.

Dalam sebuah hadist disebutkan bahwa, “Barangsiapa mengenal dirinya maka dia akan mengenal Tuhannya“. Kebanyakan orang mengartikan diri sebagai badan yang nampak, tapi menurut ilmu tasauf diri itu adalah sesuatu yang berasal dari Tuhan, sesuatu dititipan dari-Nya yang kemudian akan kembali lagi kepadaNya, “innalillahi wa inna ilaihiraji’un”. Maha Guru ke-36 berfatwa, “Kenalilah dirimu rata-rata maka engkau akan mengenal TUHANmu yang amat NYATA

Dalam ilmu Thareqat mengenal diri mempunyai proses panjang, melalui tahapan-tahapan, melewati pos-pos rohani (Maqam) tentu harus mempraktekkannya di Laboratorium Kerohanian yang kita sebut dengan iktikaf/suluk sehingga akan melewati 3 alam, yaitu:

  • Alam JABARRUT,
  • Alam MALAKUT dan
  • Alam RABBANI. 

Di alam Rabbani lah kita bisa berjumpa dengan-Nya. Bagaimana cara kita bisa masuk ke alam Rabbani? bukankah alam Rabbani itu Maha Gaib? sementara kita ini tidak gaib?

Jawabannya, tentu kita harus gaib dulu baru berjumpa dengan yang Maha Gaib, maka dalam sebuah hadist desebutkan: “Matikanlah dirimu sebelum engkau mati”. Menurut Syariat pengertian mati itu nafas berhenti, tapi menurut tasauf mati itu adalah mematikan otak kita, mematikan fikiran kita akan fokus dalam bermunajat kepada-Nya, karena sesungguhnya otak itu sifatnya BAHARU, sedangkan Allah adalah QADIM, menurut ilmu Tauhid tidak akan mungkin yang BAHARU bisa berjumpa dengan QADIM

Allah SWT Maha Gaib, Maha Rahasia, karena Dia adalah Maha Rahasia maka tidak semua orang bisa ke alam-Nya kecuali mengikuti metodologi (At-Thariqat) yang telah diberikan kepada Para Nabi/Rasul diteruskan oleh para khalifah Rasul, diteruskan oleh Ulama warisatul Anbiya sampai saat ini.

Saudaraku, singkatnya semua pertanyaan itu hanya bisa terjawab setelah kita masuk Thareqat dibawah bimbingan seorang guru MURSYID yang kamil Mukamil.

Di awal masuk Thariqat sudah di ajarkan cara mematikan diri, diberitahukan dimata letak QALBU sebagai media penangkap sinyal Allah SWT, dari sanalah terbuka pinta alam gaib, terbuka hijab kita sehingga seluruh yang Maha Gaib akan menjadi nyata, dalam ilmu matematika berlaku rumus :

+ x – = – artinya NYATA X GAIB = GAIB, tidak akan ketemu dengan gaib.

untuk bisa ketemu gaib harus memakai rumus:

– x – = +, artinya GAIB x GAIB = NYATA,
gaibkan diri kita maka seluruh persoalan GAIB menjadi NYATA, menjadi KONKRIT.

Satu hal yang amat keliru dipahami oleh sebagian besar ummat Islam bahwa ilmu Thariqat itu adalah ilmu hapalan seperti ilmu fiqih, TIDAK, ilmu Thariqat merupakan TEKNIK BERMUNAJAT, merupakan ilmu METAFISIKA EKSAKTA, merupakan TEKNOLOGI AL QUR’AN yang maha dasyat, dengan Ilmu Metafisika Eksakta inilah mampu dijelaskan dengan gamblang bagaimana ilmiahnya proses nabi Musa membelah laut, nabi Isa menghidupkan orang mati, berbagai mukjizat nabi dan kekeramatan wali. Sungguh keliru kita menempatkan ilmu Thariqat sebagai ilmu hapalan sehingga berpuluh tahun mengikuti thariqat tidak mendapatkan apa-apa, karena kita tidak pernah masuk ke Laboratorium (Suluk) yang benar dibawah bimbingan seorang Ahli (Mursyid) yang Kamil Mukamil. Para Nabi/Wali bukan hanya ahli hukum, mereka merupakan para TEKNOLOG yang mampu mengaplikasikan ilmu-ilmu Al-Qur’an dengan nyata yang oleh sebagian kita hanya mampu menghapal, mengalun-alunkan dengan indah tanpa mampu mengaplikasikannya.

Semua orang pasti ingin shalatnya Khusuk, kenapa? karena kalau shalat tidak khusuk di ancam oleh Allah dengan NERAKA WAIL, sungguh sia-sia orang yang puluhan tahun shalat ternyata hasilnya masuk neraka. Menurut orang awam tidak lalai dalam shalat itu adalah shalat tepat waktu, misalnya dhuhur jam 12.45 harus tepat pada jam itu, kalau menurut tasauf sedetik hati lupa kepada-Nya itu sudah tergolong lalai. Kenapa shalat kita tidak khusuk? karena dalam diri kita masih bersemayam was-was, gangguan, syetan. Gelombang iblis selalu mengkacaukan konsentrasi kita kepada-Nya.

Guru kami pernah mengatakan, “jangan engkau tanyakan bagaimana shalat bisa khusuk, tapi carilah apa penyebab shalat itu tidak khusuk” .Pengalaman kami sejak sekolah dasar (umur 6 tahun) tidak pernah meninggalkan Shalat, tapi sampai umur 20 tahun tidak pernah merasakan yang namanya khusuk dalam shalat, artinya 16 tahun ibadah yang kami lakukan tidak lain hanya menyembah tikar sembayang dan menyembah dinding semata, Na’uzubillah min zalik sampai kami berjumpa dengan seorang guru Mursyid AHLI SILSILAH THARIQAT NAQSYABANDI ke-36, yaitu SAIDI SYEKH DERMOGA BARITA RAJA MUHAMMAD SYUKUR, berkat bimbingan Beliau lah kami menemukan keajaiban-keajaiban, barulah kami merasakan betapa MAHA HEBATNYA ALLAH, betapa indahnya beribadah.

Alamat Beliau,

di kota Batam, : Yayasan Kiblatul Amin Dua Komplek Perumahan Cendana Batam Centre

Di Malaysia     : banyak sekali murid-murid Beliau, Beliau pernah menyelenggarakan SEMINAR INTERNASIONAL di Malaysia, yang dihadiri oleh berbagai kalangan baik pengamal tasauf maupun bukan.

Bila saudaraku tertarik, di malaysia ada beberapa orang Khalifah Beliau yang telah di izinkan untuk menurunkan amalan Thariqat : Ustad ARIF AHMAD FAUZI No hp +60132525974 

Demikian saudaraku, jawaban yang kami berikan hanyalah teori belaka, walau kami menjelaskan beribu lembar halaman tentang manisnya buah mangga tidak akan bisa saudaraku merasakan manisnya, ambillah buah mangga itu kepada Maha Guru ke-36, setelah merasakannya, nanti kita Cuma bisa saling tersenyum, tidak ada kata, tidak ada puisi yang bisa mewakili keindahan-Nya.

Di lubuk hati nan paling dalam, kami ikut mendo’akan agar saudaraku dibukakan hijab, batas antara Dia dengan kita, Amin ya Rabbal ‘Alamin

       
 

Wasalamu’alaikum wr. wb

 Sufi Muda